Mengupayakan keberhasilan adalah juga OTOMATIS upaya menghindari kegagalan

Selasa, 23 Desember 2014

Monologue


Untuk : Dini, yang terlalu memanjakan hati
Dari   : diri sendiri, yang menulis dengan logika, yang benci kau bangun tidur dengan penuh luka.
Tidak mudah melepaskan sesuatu yang familiar dengan cara paksa. Seperti anak kecil yang sudah setiap hari menghisap dot, lalu ibunya mengambil paksa dot nya dan diberikan pada kawannya. Lalu si anak kecil itu harus melihat dot miliknya dipakai oleh orang lain.
Mungkin seperti itu rasanya ketika kehilangan seseorang. Let’s say, putus cinta (eeaaaa curhat lageeee). Biarin blog blog gw ini. Kalo gak suka kan tinggal di unfollow.
Yang biasanya kita adalah orang penting buat dia, lalu sakit ketika membayangkan perhatiannya bukan milik kita lagi. Yang biasanya dia marah-marah sama kita karena kita teledor, sakit membayangkan gemesnya bukan milik kita lagi. Yang biasanya dia membuat keputusan dengan mempertimbangkan keberadaan kita di masa depannya, sakit membayangkan kita sudah tidak terlihat di jalannya lagi. Yang biasanya dia bisa tersenyum saat mendengar suara kita, sakit membayangkan dia sudah lebih banyak tersenyum karena orang lain. Yang tawanya kamu sangat suka dan membuatmu bahagia, sakit membayangkan tawa itu sudah bukan untukmu lagi. Yang akhirnya kamu menemukan orang yang bisa mengalahkan dominansimu, sakit membayangkan dia sudah lelah menjadi gurumu dan kini mengajar orang lain.
Sakit itu mungkin tak jelas juntrungannya. Jelas karena cinta, juga sayang. Tapi mestinya coba lihat sekali lagi, itu semua pasti juga karena nafsu ingin memiliki.
Instropeksi, berapa kali kamu melukai ketika dia masih berada disana, mengejarmu dengan segala keterbatasan kekuatannya? Berapa kali kamu berbohong dan tidak peduli pada perasaannya ketika kamu bersenang-senang dengan dunia semu mu? Betapa dalam kemarahannya ketika kamu tidak mendengar segala keluh kesahnya? Betapa jatuhnya dia ketika kamu tidak memberinya kesempatan untuk bertandang ke rumah?
Semua kejadian buruk yang menimpa, pasti juga karena kesalahanmu sendiri. Lalu gelisah karena belum meminta maaf? Kamu sudah meminta maaf, meski tidak jujur mengungkapkan apa saja kesalahanmu dulu.
Lalu ini menjadi hal yang sulit kamu lakukan, memaafkan dirimu sendiri. Kamu menyalahkan, kamu berandai, jika saja dulu aku begini jika saja dulu aku begitu. Bukankah ini pikiran dari setan? Inilah pertama kalinya kamu ingin mengulangi masa lalu. You broke your own rule.
Bisakah kamu memaafkan dirimu sendiri? Berhenti berpikir bahwa tembok adalah tempat untuk menjedotkan kepala. Berhenti berpikir bahwa pagimu tidak indah hanya karena ketika bangun tidur, hal pertama yang kamu pikirkan adalah kamu kehilangan dia. Pikirkan Tuhanmu, pikirkan hari ini ada kerjaan menarik, trial Vaseline Men desain baru (pake ngebocorin rahasia perusahaan orang, vaseline men mau ganti desain, yes!!).
Cobalah memaafkan dirimu. Percayalah semua berjalan sudah pada tempatnya, memang sudah semestinya. Dan buat pelajaran, jangan lakukan kesalahan yang sama pada masa depan. Lepaskan bebanmu. Kamu ini sedang tidak menerima takdir.
Lalu kamu belum bisa menerima jika dia mencintai orang lain. Dan mulai berpikir bahwa cintanya padamu dulu tidak sedalam cintamu padanya. Aisshh, berhentilah berpikir rumit. Dia cinta, itu saja, kata dia kan begitu. Ketidakterimaanmu pada kondisi adalah hasil pikiran rumitmu sendiri, yang tidak selalu benar dan hanya mempersulit dirimu melepaskan.
Lepaskan, bersihkan pikiran. Jika belum bisa memaafkan, minimal tidak banyak dipikirkan. Jika belum bisa mendoakan yang baik buat dia, minimal tidak mendoakan yang buruk. Jika belum bisa berhenti mencintai, minimal berusaha menetralkan hati. Jika belum bisa ikhlas merelakan, minimal tidak mengganggu.
Bukankah hubungan kalian rusak karena seseorang datang dan memberitahumu tentang kesalahan dia? Lalu kalian berpisah. Maka, diamlah disini, jangan jadi orang yang merusak itu. Biarkan hatimu sendiri yang terluka, jangan sampai hati perempuan lain ikut luka karena kau bercerita.
Lalu jawabmu, tapi sebeeeeel dia PHP padahal udah ada yang baru. Kan jadinya makin dalem, terus dipaksa keluar!!!
Berpikirlah positif, mungkin saat itu dia sedang kekanak-kanakan. Dia masih butuh kehadiranmu untuk pembiasaan. Dia masih butuh keberadaanmu untuk meneguhkan hatinya dalam beberapa situasi yang belum terkendali. Dia masih butuh semangat darimu untuk membuat kepalanya jadi dingin seperti biasanya. Bukankah kamu yang selama ini bisa menyejukkan hatinya? (ceileeeee, alay lo)
Percayalah, mintalah hati pada Pemiliknya. Sini kuajari doa, “Ya Ghofar, ampuni dosa-dosa kami, dosaku dan dia ketika kami mendekati nerakamu bersama. Ya Rabb, kumohon, jika dia memang jodohku, dekatkanlah kami dengan cara yang Kau suka. Jika memang bukan jodohku, kumohon ambil perasaan ini, ambil perasaan ini, ambil perasaan ini, aku tidak sanggup menyimpannya. Lalu buat aku ikhlas dengan takdir-Mu. Segera pertemukan aku dengan jodohku yang pasti lebih baik. Bahagiakan aku, apapun yang terjadi, apapun yang terjadi, apapun yang terjadi.” 
Dan jika kau masih punya tenaga untuk berusaha, usahakan doakan kebaikan buatnya. Kamu pasti bisa. Kita, pasti bisa. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar