Mengupayakan keberhasilan adalah juga OTOMATIS upaya menghindari kegagalan

Selasa, 23 Desember 2014

Bukan Tak Ingin, Memang Belum Saatnya


Aku tidak sedang mencari, tidak pula sedang menunggu. Bila sekarang aku dipertemukan denganmu, itu di luar dugaanku.

Aku tak bisa menolak takdir, tapi aku bisa membuat keputusan. Bohong jika aku tidak tertarik dengan semua kebaikan yang ada pada dirimu. Aku masih normal untuk jatuh hati pada ciptaan-NYA yang begitu menawan.

Aku belum berniat mencari, tapi bila sekarang kita dipertemukan, mungkin ini sebuah ujian. Aku mulai sadar akan apa yang hendak kutuju. Aku mulai paham atas apa yang ingin kulakukan. Tapi memintamu menunggu, itu di luar kuasaku.

Aku tak suka membuatmu khawatir, sementara aku belum bisa menenangkanmu. Aku tak suka melihatmu dirundung rindu, sementara aku belum bisa membersamaimu. Bila kau benar cinta, kuharap kau paham dengan keputusanku.
Kumohon jangan katakan padaku bila kau menungguku. Aku takut tak kuat menahan nafsu. Bila kau benar cinta, kumohon hormati pula prinsipku. Bila yang lalu kau khilaf, aku menyadarinya, aku pun sering begitu.
Jika kau tak bisa menghormati pilihanku, maaf bila aku memilih menghindar.

Mungkin kelak aku akan menyesal bila kudapati kau berlabuh dengan yang lain. Itu tak mengapa, aku percaya DIA hanya memilihkan yang tepat. Bila pun aku tak dipertemukan jodohku di dunia, mungkin jodohku ada di surga. Bukan aku tak percaya akan janjimu, tapi aku lebih suka mengejar janji-Nya
Kuharap kau cukup paham untuk tetap melebarkan senyum. Karena yang kita duga, belum tentu yang DIA suka. Mari mengejar janji-Nya saja.
Aku bisa menjanjikan banyak hal, tapi semoga takkan kulakukan. Bila aku mulai melontarkan itu, tolong tegur aku. Kau tak mau bukan hidup bergelimang bualan?

Kebanyakan Gengsi Jadi Jauh Dengan Rezeki


Kamu sudah lulus? Masih nganggur saja?
Pasti malu ya? Atau enggak?

Saya rasa kalau kita masih normal, pasti punya malu ketika sudah dikuliahkan jauh-jauh (dengan biaya yang tidak sedikit), pulang cuma nongkrong di rumah bantu nyuci, nyapu. gak mau kerja inilah, kerja itulah, karena tidak sesuai dengan jurusan kuliah.
Satu hal yang pasti, tidak ada ajaran Agama yang mengharuskan seseorang dapat rezeki berdasarkan jurusan kuliah. Bilang saja gengsi (gengsi yang tidak kita sadari).

Aku kan orang berkecukupan, nggak ngapa-ngapain juga nggak kekurangan.
Eh, iya juga si. Mungkin kalau kamu dilahirkan dari orang tua yang berkecukupan ndak masalah ya. Itu si terserah kamunya. Urusanmu.
Cuma nih ya. Biasanya, seseorang kalau nggak merasa kepepet itu bakal jadi pemalas. Kalau kita di rumah saja merasa nyaman, nggak ngapa-ngapain juga nggak pusing. Ya, otak kita biasanya nggak banyak berkembang. Stuck.
Menunggu memang membosankan, menunggu lamaran kerja diterima misalnya. Tapi jiwa-jiwa yang kreatif pasti tak mau cuma jadi penunggu yang setia tanpa gerakan.
Banyak tuh teman-teman saya yang lulusan IT pada lagi kerja jualan di pasar, trotoar jalan, online. Mereka nggak mau cuma diam menunggu.
Apa? Masih mau bilang nggak sama dengan jurusan kuliah? Gengsi saja digedein. Rasa malu pada orang tua dong semestinya yang digedein.
Tapi, mungkin bagi orang tua yang berkecukupan nggak rela juga si kalau anaknya kerja serabutan buat nunggu lamaran yang ‘entah kapan diterima atau tidak’. Kalau memang di tempat kelahiran kita peluang kerjanya sedikit, ya kenapa tidak berupaya mencari di tempat lain.
Kalau kita percaya Allah maha kaya. Kalau kita berani. Nekad saja pergi merantau. Pastikan dulu sudah ada kerjaan (kalau masih takut kelaparan), walau baru sekadarnya.

Gimana nyari kerjanya?
Kan banyak situs online yang nyediain info peluang pekerjaan. Nggak harus sama dengan jurusan kuliah, yang penting kerja dulu. Sambil terus kirim-kirim lamaran pas sudah di tempat rantau. Atau tanya-tanya ke teman kita pas dulu masih di tempat rantau.
Yang penting cukup dulu buat biaya hidup sehari-hari sama sewa kos. Buang dulu kebiasaan boros karena terbiasa tiap bulan dapat uang saku. Dan yang lebih penting lagi, buang jauh-jauh gengsi kita wahai teman sebaya.
Ini si cuma buat mereka yang pemberani dan kuat mental. Kalau mental kita belum kuat, mending pikir-pikir dulu deh. Takutnya nanti gantung diri di kamar kos karena malu dicibir orang.
Duh, gimana mental kuat, kan aku hidup selalu berkecukupan, apa-apa selalu disedia’n. Kalau nanti aku begini gimana? Kalau nanti aku begitu gimana? Kan ini, kan itu.
Ya sudah, itu si pilihanmu. Mau jadi apa kamu kan tergantung apa yang kamu lakukan. Selamat menikmati apa pun pilihanmu. :)

****
Note; Buat kamu yang masih lama kuliah, nih ya saya kasih sedikit gambaran.
Banyak anak-anak yang sudah lulus kuliah tapi susah punya kerjaan, karena temannya cuma itu-itu saja.
Biasanya itulah risiko dari mereka yang kalau kuliah cuma berangkat, duduk manis, ngerjain tugas, ikut semesteran, ngerjain skripsi, jalan-jalan seneng-seneng doang. Dan tidak mulai membangung relasi saat di bangku kuliah, alias nggak banyakin kenalan dengan orang yang udah pada bekerja. Alias, temanya cuma gerombolan kuliahnya semata. Alias tidak aktif dalam organisasi/komunitas. Tidak harus komunitas kampus, di luar kampus juga tak masalah, yang penting yang bisa nambah pengalaman.

Kuliah itu penentu awal kita bakal mudah dapat peluang kerja atau tidak. Kalau kita kuliahnya cuma ‘begitu-begitu saja’, ya pengalaman yang kita dapat selama kuliah ya gitu-gitu saja (Seneng-seneng bareng temen, jalan ke sana, jalan ke sini, giliran udah waktunya cari kerja cuma jalan di tempat).
Aku pendiam, aku susah punya kenalan.
Nggak papa kok jadi pendiam, yang penting mau punya banyak kenalan. Nggak papa kok kalau di perkumpulan cuma diam, yang penting banyak punya teman. Tak perlu mempersulit diri dengan ketidakberdayaan kita untuk memikat banyak orang dengan ucapan/tindakan, yang penting kita mulai mau bergerak. Punya banyak kenalan.

                                                                        ***
Pendiam tak apa, yang penting bukan pemalu dan suka minder.
Lagian sekarang juga zaman serba online. Kalau di dunia nyata malu-malu punya teman, manfaatkan dunia maya buat banyak relasi. Yang penting kita bisa banyak pengalaman, jadi lebih kreatif, jadi lebih bisa dapat banyak peluang. Tapi ya bukan cuma buat urusan cinta-cintaan, lebih ke bagaimana kita tahu dunia yang lebih luas. Bukan cuma sekadar kelas, kamar kos dan senyum/ketawa bareng teman-teman seperjalanan.

                                                                        ***
Semoga kita tidak termasuk orang yang gengsinya seluas dan setinggi Pegunungan Himalaya yak. Semangat Sore, selamat berjuang teman sejawat. :)

Perjalan menjadi indah


Tahukah kamu , perjalanan terjauh dan terberat bagi seorang lelaki adalah perjalanan ke masjid.
Sebab banyak orang kaya tidak sanggup mengerjakannya.Jangankan sehari lima waktu, bahkan banyak pula yang seminggu sekali pun terlupa.Tidak jarang pula seumur hidup tidak pernah singgah ke sana.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid.Karena orang pintar dan pandai pun sering tidak mampu menemukannya,walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga ke universitas Eropa ataupun Amerika.Mudah melangkahkan kaki ke Jepang, Australia dan Korea dgn semangat yg membara, namun ke masjid tetap saja perjalanan yg tidak mampu mereka tempuh walau telah bertitel S3.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid. Karena para pemuda yg kuat dan bertubuh sehat yg mampu menaklukkan puncak gunung Bromo dan Merapi pun sering mengeluh ketika diajak ke masjid.Alasan mereka pun beragam, ada yang berkata sebentar lagi, ada yg berucap tidak nyaman dicap alim.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid.Maka berbahagialah dirimu wahai anakku…., bila sejak kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki ke masjid. Karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki, tidak ada perjalanan yg paling kami banggakan selain perjalananmu ke masjid.
Biar aku beritahu rahasia kepadamu,sejatinya perjalananmu ke masjid adalah perjalanan utk menjumpai Rabbmu.Itulah perjalanan yg diajarkan oleh Nabimu, serta perjalanan yg akan membedakanmu dengan orang-orang yg lupa akan Rabbnya.
Perjalanan terjauh dan terberat itu adalah perjalanan ke masjid.Maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap shubuh demi mengenal Robbmu

Mencari Sahabat


Dalam perjalanan hidupnya. Tidak setiap orang bertemu dengan teman dekatnya, yang karena dekatnya lalu disebut sebagai sahabat. Bertanya-tanya mengapa orang lain memiliki sahabat sementara dia sendiri tidak.
a tidak dekat dengan siapapun, bilapun orang lain merasa dekat. Ia merasa biasa-biasa saja.
Ia tidak tahu kepada siapa bisa bercerita. Tidak tahu kepada siapa hendak pergi bersama. Merasa begitu tenang sendirian, karena terbiasa sendiri. Merasa tidak suka diusik, meskipun ingin sekali bercerita. Tapi kepada siapa.
Ia tidak pernah merasa sangat dekat kepada siapapun. Setiap kali kakinya melangkah, matanya menangkap perasahabatan orang lain. Mendengar dari kata-kata teman. Dan ia tidak pernah memilikinya.
Ia hidup sendiri. Merasa sendiri dan begitu mencintai kesendiriannya. Meski pada saat yang sama dia bertanya-tanya. Siapakah yang sanggup menembus hatinya.
Ia sendiri tidak tahu, apakah dia yang memiliki tembok yang tinggi atau orang lain yang membatasi dirinya. Ia merenungkan arti persahabatan dari orang-orang. Ia tidak tahu. Orang datang silih berganti di dalam hidupnya, tidak pernah ada yang benar-benar tinggal lama. Sebagai teman baik.
Ia menanyakan pada dirinya. Apa yang sebenarnya ia butuhkan. Sebab apa ia memiliki batas yang begitu tinggi. Sampai kapan ia akan menutup diri. Sampai kapan ia akan memberikan kepercayaan kepada orang. Mungkin cukup kepada satu orang, teman hidup. Sahabat yang mungkin hanya akan ada satu saja sepanjang hidupnya.

Hidup Adalah Tentang Terus Belajar Mencapai Keutuhan Diri


Aku tak pernah meminta pada DIA agar rasa ini ada, sama sekali tidak. Begitu pula kiranya kau yang tak pernah tahu pada siapa hatimu tertambat.
Semua berjalan pada poros kehidupan masing-masing, sekalipun kita mencoba keluar bila hari ini kita masih ditakdirkan di tepi, kita akan tetap di tepi.
ma. Setiap orang dilahirkan untuk sebuah laku yang tak bisa ditebak dengan jitu kecuali oleh waktu. Sama seperti aku yang tak pernah percaya pada akhirnya aku bisa begitu mudah tertarik, sama seperti aku yang selalu berusaha untuk menepis tapi tetap saja rasa itu ada.
Tidak ada yang salah dengan takdir, kecuali cara kita menghadapinya. Dan aku selalu muak mengikuti aliran air, aku tak suka hanyut. Ah, kenapa aku harus berhanyut-hanyut ria dalam air, sementara masih ada daratan yang bisa ditapaki. Ah, apa semua orang lupa, dunia sudah maju, kenapa pula harus terus hanyut jika aliran itu membawa masuk pada kubangan comberan? Kenapa harus tetap hanyut jika pada akhirnya aliran itu membawaku pada padang tandus, yang bahkan seekor tengu pun ogah menempatinya.
Aku tidak suka terlalu hanyut, sama sekali tidak. Sama seperti halnya aku tak ingin hanyut dalam kebohongan bahwa rasa ini telah hilang. Tidak sama sekali, ia tetap ada dalam penjagaanku, dalam kontrol diri yang terus berupaya untuk aku perbaiki.
Hidup adalah tentang proses mencapai keutuhan, dan keutuhan itu baru benar ada bila otak, bahkan hati, tak lagi turut bekerja. Keutuhan itu adalah kematian. Selama belum mati, selama itu pula semestinya kita terus berupaya mencapai keutuhan diri.
Semangat terus , tanpa kata menyerah dalam mencapai sesuatu itu :') 

Masih Berusaha Menjadi Tuhan?


Pernah dengar ungkapan "Jika kamu sedang berusaha merubah orang lain, dan gagal, sampai pada akhirnya kamu stress karena tidak bisa merubah dia seperti apa yang kamu mau, itu artinya kamu sedang berusaha menjadi Tuhan”.


Sebelum kamu berusaha merubah hatinya untuk mencintaimu, sudahkah kamu mencintai dirimu sendiri?


Pada akhirnya semua kembali pada diri sendiri, ketika kamu mengharapkan sesuatu yang lebih baik, sudahkah kamu pantas mendapatkannya? Sudahkah kamu lebih baik?


Investasi pada dirimu yang akan kamu berikan pada orang lain, menjadi tolak ukur sebesar apa yang akan kamu dapat nantinya. Jika kamu terlalu terburu-buru, maka hanya sebatas itu yang kamu dapat, dan lagi-lagi berteriak “KAMU MENYEBALKAN!!”.


Jika kamu disuruh memilih antara rumah yang bobrok, dengan rumah minimalis yang didekor dengan indah. Mana yang kamu pilih? Sudah cukup pantaskah pilihanmu dengan isi tabunganmu?


Saat kamu mengharapkan pasangan yang baik, tidakah kamu berpikir jika bukan hanya kamu satu-satunya manusia yang berharap punya pasangan yang baik?


Mana yang lebih dulu kamu pilih, mendapat pasangan yang baik, atau menjadi baik untuk pasangan?Mana yang lebih kamu utamakan, kewajiban, atau hak?Mana yang lebih dulu kamu utamakan, kebahagiaanmu, atau kebahagiaan pasanganmu?Kita sama-sama bisa berkaca dari sikap Tuhan, selalu memberi yang terbaik lebih dulu kepada kita, baru Dia meminta yang terbaik dari kita. Pernah kalian meminta senja? Tapi Tuhan berikan.


Sebelum kamu berharap diperhatikan orang lain, kamu saja yang lebih dulu perhatikan dirimu. Sebelum kamu berharap disayangi orang lain, kamu saja yang lebih dulu sayangi dirimu.


Bagaimana dia bisa yakin denganmu, jika kamu sendiri tidak yakin dengan dirimu?


Masih berusaha menjadi Tuhan?

Rindu Rumah Dan Segala Isi-isinya


Di sini, bila pagi tiba, hanya longlongan anjing yang menyapa. Tidak ada embun yang malu-malu sembunyi dibalik daun-daun kering. Tidak ada cericit burung-burung kecil yang tengah menikmati hidangan paginya.


da hamparan padi yang menguning. Ada rindu pada kanak-kanak yang berlarian di bawah guyuran cahaya rembulan. Ada rindu pada tawa, tangis, senyum, sapa, bahkan suara melengking ketika pagi tiba.


Di sini, semua terasa terlalu sibuk dengan dunianya masing-masing. Kebersamaan telah luntur, karena setiap waktu yang berlalu bagai uang yang berjatuhan pada jurang kegelapan. Di sini, hanya ada sapa sekilas, senyum sekilas, dan kehampaan yang panjang, sebagian besar kelegaan mulai musnah digerus rutinitas.


Selamat datang pada dunia realita yang menjemukan, semoga tidak perlu terlalu lama. Rindu rumah dan segala isi-isinya. Di sanalah semestinya kaki ini berpijak lebih kuat, memaksimalkan segala yang ada. Hari itu akan tiba, akan tiba. Akan, akan, akan. :D

Monologue


Untuk : Dini, yang terlalu memanjakan hati
Dari   : diri sendiri, yang menulis dengan logika, yang benci kau bangun tidur dengan penuh luka.
Tidak mudah melepaskan sesuatu yang familiar dengan cara paksa. Seperti anak kecil yang sudah setiap hari menghisap dot, lalu ibunya mengambil paksa dot nya dan diberikan pada kawannya. Lalu si anak kecil itu harus melihat dot miliknya dipakai oleh orang lain.
Mungkin seperti itu rasanya ketika kehilangan seseorang. Let’s say, putus cinta (eeaaaa curhat lageeee). Biarin blog blog gw ini. Kalo gak suka kan tinggal di unfollow.
Yang biasanya kita adalah orang penting buat dia, lalu sakit ketika membayangkan perhatiannya bukan milik kita lagi. Yang biasanya dia marah-marah sama kita karena kita teledor, sakit membayangkan gemesnya bukan milik kita lagi. Yang biasanya dia membuat keputusan dengan mempertimbangkan keberadaan kita di masa depannya, sakit membayangkan kita sudah tidak terlihat di jalannya lagi. Yang biasanya dia bisa tersenyum saat mendengar suara kita, sakit membayangkan dia sudah lebih banyak tersenyum karena orang lain. Yang tawanya kamu sangat suka dan membuatmu bahagia, sakit membayangkan tawa itu sudah bukan untukmu lagi. Yang akhirnya kamu menemukan orang yang bisa mengalahkan dominansimu, sakit membayangkan dia sudah lelah menjadi gurumu dan kini mengajar orang lain.
Sakit itu mungkin tak jelas juntrungannya. Jelas karena cinta, juga sayang. Tapi mestinya coba lihat sekali lagi, itu semua pasti juga karena nafsu ingin memiliki.
Instropeksi, berapa kali kamu melukai ketika dia masih berada disana, mengejarmu dengan segala keterbatasan kekuatannya? Berapa kali kamu berbohong dan tidak peduli pada perasaannya ketika kamu bersenang-senang dengan dunia semu mu? Betapa dalam kemarahannya ketika kamu tidak mendengar segala keluh kesahnya? Betapa jatuhnya dia ketika kamu tidak memberinya kesempatan untuk bertandang ke rumah?
Semua kejadian buruk yang menimpa, pasti juga karena kesalahanmu sendiri. Lalu gelisah karena belum meminta maaf? Kamu sudah meminta maaf, meski tidak jujur mengungkapkan apa saja kesalahanmu dulu.
Lalu ini menjadi hal yang sulit kamu lakukan, memaafkan dirimu sendiri. Kamu menyalahkan, kamu berandai, jika saja dulu aku begini jika saja dulu aku begitu. Bukankah ini pikiran dari setan? Inilah pertama kalinya kamu ingin mengulangi masa lalu. You broke your own rule.
Bisakah kamu memaafkan dirimu sendiri? Berhenti berpikir bahwa tembok adalah tempat untuk menjedotkan kepala. Berhenti berpikir bahwa pagimu tidak indah hanya karena ketika bangun tidur, hal pertama yang kamu pikirkan adalah kamu kehilangan dia. Pikirkan Tuhanmu, pikirkan hari ini ada kerjaan menarik, trial Vaseline Men desain baru (pake ngebocorin rahasia perusahaan orang, vaseline men mau ganti desain, yes!!).
Cobalah memaafkan dirimu. Percayalah semua berjalan sudah pada tempatnya, memang sudah semestinya. Dan buat pelajaran, jangan lakukan kesalahan yang sama pada masa depan. Lepaskan bebanmu. Kamu ini sedang tidak menerima takdir.
Lalu kamu belum bisa menerima jika dia mencintai orang lain. Dan mulai berpikir bahwa cintanya padamu dulu tidak sedalam cintamu padanya. Aisshh, berhentilah berpikir rumit. Dia cinta, itu saja, kata dia kan begitu. Ketidakterimaanmu pada kondisi adalah hasil pikiran rumitmu sendiri, yang tidak selalu benar dan hanya mempersulit dirimu melepaskan.
Lepaskan, bersihkan pikiran. Jika belum bisa memaafkan, minimal tidak banyak dipikirkan. Jika belum bisa mendoakan yang baik buat dia, minimal tidak mendoakan yang buruk. Jika belum bisa berhenti mencintai, minimal berusaha menetralkan hati. Jika belum bisa ikhlas merelakan, minimal tidak mengganggu.
Bukankah hubungan kalian rusak karena seseorang datang dan memberitahumu tentang kesalahan dia? Lalu kalian berpisah. Maka, diamlah disini, jangan jadi orang yang merusak itu. Biarkan hatimu sendiri yang terluka, jangan sampai hati perempuan lain ikut luka karena kau bercerita.
Lalu jawabmu, tapi sebeeeeel dia PHP padahal udah ada yang baru. Kan jadinya makin dalem, terus dipaksa keluar!!!
Berpikirlah positif, mungkin saat itu dia sedang kekanak-kanakan. Dia masih butuh kehadiranmu untuk pembiasaan. Dia masih butuh keberadaanmu untuk meneguhkan hatinya dalam beberapa situasi yang belum terkendali. Dia masih butuh semangat darimu untuk membuat kepalanya jadi dingin seperti biasanya. Bukankah kamu yang selama ini bisa menyejukkan hatinya? (ceileeeee, alay lo)
Percayalah, mintalah hati pada Pemiliknya. Sini kuajari doa, “Ya Ghofar, ampuni dosa-dosa kami, dosaku dan dia ketika kami mendekati nerakamu bersama. Ya Rabb, kumohon, jika dia memang jodohku, dekatkanlah kami dengan cara yang Kau suka. Jika memang bukan jodohku, kumohon ambil perasaan ini, ambil perasaan ini, ambil perasaan ini, aku tidak sanggup menyimpannya. Lalu buat aku ikhlas dengan takdir-Mu. Segera pertemukan aku dengan jodohku yang pasti lebih baik. Bahagiakan aku, apapun yang terjadi, apapun yang terjadi, apapun yang terjadi.” 
Dan jika kau masih punya tenaga untuk berusaha, usahakan doakan kebaikan buatnya. Kamu pasti bisa. Kita, pasti bisa. :)

Memang Tidak Bisa Sepenuhnya Sama

Di negeriku tercinta ini, memang usia 20(+) bagi kaum wanita menjadi sebuah momok yang menggelitik. Tak jarang orang-orang mulai lebih rajin menanyakan kapan jodohnya datang.

Dan satu lagi yang membuat ini semakin terasa rumit, bahwa kaum perempuan cenderung lebih mudah resah. Iya, bagaimana tidak, secuek-cueknya kaum perempuan, tak jarang dalam diamnya angan berlarian kemana mana.

Kurasa ujian kaum perempuan memang lebih berat di fase ini. Karena semakin mereka matang, semakin terlihat mereka menonjol, tak jarang seorang lelaki menjadi sedikit segan—lelaki cenderung lebih minat membimbing daripada dibimbing. Kalau mau, coba bandingkan saja, kurasa akan lebih banyak kita temui lelaki yang berkarakter begitu. Lain hal jika lelakinya cuma mau memanfaatkan, mungkin juga banyak yang begini.

Siang ini pada rintik hujan yang tak begitu deras, hati ini kembali bergetar mengagumi mereka. Sungguh mereka mengalami fase yang lebih berat perihal jodoh. Kita tak bisa menampik bahwa lelaki yang berusia mungkin di atas itu, akan lebih mudah mendapatkan jodoh ketimbang kaum perempuan. Karena tak jarang pula perempuan yang lebih muda bisa terpikat dengan lelaki yang sudah terasa cukup mapan secara pandangan dan lainnya.
Ah, tidak ada tidak, selain harus menghormati dan tidak mempermainkan mereka. Ujian mereka sudah cukup berat, semoga kaum lelaki lebih mau paham dan tidak bertindak seenak jidad.

Ternyata, memang tidak bisa sepenuhnya sama. Semoga kalian-kalian yang dalam fase-fase seperti ini tetap diberi kekuatan dan kelapangan. Hanya bisa membantu mengirim doa dan senyum kekaguman.

Selamat memperjuangkan takdir masing-masing. Berat memang, kita hanya bisa terus berupaya dan sepenuhnya yakin Dia tiada pernah menjauhi kita. Tetaplah berupaya, sambil terus bersandar sepenuhnya pada-Nya.
Salam hormat dari kami, yang terkadang tidak sampai berpikir sejauh ini. Semoga senantiasa dikuatkan untuk perjuangan masing-masing. :)

#monolog #smile #happy

Introvert Dan Pemalu Itu Beda


iperbaiki. Kau hanya ketakutan akan mata-mata yang kau pikir selalu menganggapmu miring.
Sungguh beda sekali antara introvert dengan para pemalu dan penakut. Introvert berani melakukan apa pun yang dia inginkan, hanya terkadang dia lebih suka melakukannya sendiri, atau lebih tetapnya dia tidak mengharuskan ada yang menemani. Ah, sementara kau, kau mengurung diri karena takut dan malu.
Boleh-boleh saja malu dan penakut, itu hakmu tentu saja. Tapi, coba tanya pada diri sendiri, benarkah kau bahagia dalam kesendirian? Benarkah kau nyaman mengurung semua keinginan hanya karena takut dan malu yang berlebihan?
Setiap orang pun punya kelemahan. Bila sebenarnya ingin bisa berkawan, belajar saja untuk lebih terbuka pada setiap yang mau berkawan. Bila belum berani mengenali, belajar berani memulai perbincangan, belajar melepas kemungkinan-kemungkinan buruk yang membuat jalanmu kian tersandung-sandung.
Sungguh terlalu pemalu dan terlalu penakut adalah hal yang patut dibenahi.
Hei, kelak kita hendak jadi orangtua. Bila terlalu takut dan terlalu pemalu itu masih terus meraja, kasihan anak-anak kita jika nanti meminta bantuan melakukan hal yang sering kita takutkan. Bertanya lebih dulu, misalnya. Mencari informasi penting, misalnya. Menghadapi sebuah kelompok/instansi, misalnya.
Tentu mengubah sesuatu yang sudah begitu mengeras dalam darah bukanlah pekerjaan mudah, selalu sulit. Tapi apa iya kita tidak benar-benar mau mencoba? Tak perlu mengingkari diri bila itu benar kebaikan, tak perlu pula mencari pembenaran untuk sesuatu yang sebenarnya keliru.
Introvert dan pemalu serta penakut itu sungguh berbeda. Bangunlah, buka mata, tak perlu terus bersembunyi di balik pembenaran diri.

Menasihati diri sendiri itu penting, bermonologlah. :)

Itu Kan Mereka


Mungkin mereka menginginkan yang bergelar tinggi, lulusan luar negeri, mendapat beasiswa sana sini. Itu kan mereka.
Mungkin mereka menginginkan yang selalu dipuja berbagai kalangan, menjadi perbincangan sana-sini (barangkali biar mendapat “kebanggaan” berlebih saat diceritakan pada teman-temannya). Itu kan mereka.
a bernyanyi, bisa menari, bisa lompat tinggi, atau bahkan bisa mencuri kumis Pak Haji. Itu kan mereka.
Mungkin mereka menginginkan yang selalu begini, begitu, begono. Itu kan mereka.
Mau sampai kapan kamu menghakimi diri atas apa-apa yang seperti mereka inginkan? Padahal, aku yang lebih paham bahwa yang kuinginkan ya yang seperti kamu.
Kamu tahu, kamu suka menyusahkan dirimu sendiri, padahal yang sepertimu saja sudah membuatku bangga sekaligus bahagia. Bila mungkin suatu hari nanti ingin lebih, aku ingin lebih itu pun datang darimu—tentu saja selama kamu nyaman melakukannya.
Cukup ya, jangan suka diulang-ulang lagi. Cobalah untuk bangga pada diri sendiri, bukan untuk sombong, tapi untuk lebih percaya diri—bahwa kamu teramat berharga dari sekadar apa yang kata mereka inginkan.
Kalau ingin tahu apa yang aku ingin, tanyalah padaku, tanpa perlu repot-repot mematok standar dari mereka. Karena yang akan menjalani aku, bukan mereka. Smile … :)

[Surat Untuk Ukhty] Ada Yang Masih Diperjuangkan


kali hal seperti itu akan membuatmu merasa dispesialkan. Tapi kau juga perlu tahu, ada sebagai laki-laki yang ingin membentengi dirinya sendiri. Bukan hanya karena ingin menjagamu, tapi untuk menjaga dirinya sendiri. Sebagian mereka masih mengkhawatirkan imannya sendiri. Kau mungkin tak masalah, imanmu kuat, tapi bisa saja dia tidak merasa dirinya begitu.
Kau perlu tahu, seorang laki-laki—siapa pun itu—yang telah merasa diri menemukan “suatu” untuk kehidupannya. Semua pasti ingin memperjuangkannya. Dan kau perlu tahu, beberapa laki-laki hanya ingin melakukan sesuatu dengan benar-benar serius, sebut saja pernikahan.

Sebagian mereka khawatir, ketika sudah terlalu dekat denganmu sementara dirinya sendiri masih banyak kurangnya; mereka takut membuatmu menunggu terlalu lama, mereka khawatir membuatmu bosan tentang hari kepastian.
Mungkin kau bisa menunggu, mungkin kau takkan mengeluh di depannya. Tapi perlu kau tahu, beberapa dari mereka takkan tega bila mendengar kau digunjingkan karena tak kunjung mendapat kepastian. Mereka tak mau membuatmu resah.
Beberapa lelaki lainnya—yang benar merasa menemukanmu—mereka tak mau sembrono menebar janji-janji dan harapan. Mereka hanya ingin menyuguhkan kepastian, mereka sembunyi-sembunyi menyiapkan segalanya.
Perlu kau tahu, finansial juga menjadi salah satu tolak ukur untuk sebagian mereka. Mereka paham bahwa setiap orang pasti ada rezekinya, tapi mereka juga paham bahwa dirinya masih memiliki sifat kemanusiaan, sifat yang membuat mereka sadar betul akan realitas dirinya saat itu.

Mereka yang benar merasa menemukanmu tentu ingin selalu membuatmu bahagia. Sebagian mereka mengkhawatirkan bahwa kau akan kekurangan setelah bersamanya. Meski barangkali kau tak mengkhawatirkan itu, tapi mereka tetap tak mau melihatmu menahan itu.

Jika kau masih bertanya kenapa, karena mereka tak mau. Kenapa mereka tidak mau begitu, karena itu bukan karakternya.
Kau tak bisa memaksakan karakter seseorang untuk sama rata, tidak bisa begitu. Sebagaimana kau yang ingin dipahami—meski kaum lelaki cenderung lebih jarang yang meminta dipahami—mereka pun ingin dipahami. Mereka tak jauh beda denganmu, yang kadang diam-diam tapi banyak pula harapannya.
Ukhty, kau perlu juga paham, bahwa sebagian lelaki merancang kehidupannya dengan begitu mendetail. Mereka ingin menikah kalau sudah bla … bla … bla… Mereka baru ingin benar memperjuangkan mencari calon bila sudah bli … bli … bli …. Sebagian mereka juga punya beberapa impian untuk orangtuanya. Sebelum bisa membuat orangtua begini, aku tak mau begitu.
Kebanyakan lelaki adalah seorang pemimpi ulung yang tak mau menodai mimpinya. Bahkan tak jarang mereka mencuekan rasa cinta yang ditemukan di tengah jalan. Bukan karena takut akan menjatuhkan, mengganjal, atau bahkan menghalangi. Tapi karena bagi sebagian mereka ada waktu-waktu yang telah diimpikannya, dirancangnya dengan segenap keyakinan.
Bukan karena mereka tak menginginkanmu, tapi kau dipertemukan memang belum sebagaimana waktu yang telah ia canangkan. Dan sebagian mereka tak suka membuat orang yang benar dikasihinya untuk menunggu. Sekalipun kau bilang tak apa menunggu, sebagai mereka tetap tak ingin melihat yang dikasihinya menunggu terlalu lama. Sekali lagi, tiap orang punya karakternya, kau tak bisa menuntut mereka untuk sama rata.

Bukankah justru membosankan bila seluruh manusia punya pola pikir yang sama?
Ukhty, semoga kau mau sedikit memahami. Bahwa sebagian lelaki paham, menyatukan dua hati bukanlah sebuah permainan—maka mereka mempersiapkan dengan benar matang. Ah, sudahlah, kurasa kau cukup cerdas untuk memahami hal seperti ini.
Selamat malam, Ukhty. Yang belum ku ketahui namanya,Mungkin ini sebagai kata kata yang dibenakku apa yang terbaik kedepannya, sebelum semua itu terjadi dan terjadinya menjadi indah.
Maaf aku terlalu cerewet, semoga mimpimu masih aku. Selamat terlelap, Ukhty, selamat rehat. :)

#monolog #smile #happy #KepadasangUkhty