Mengupayakan keberhasilan adalah juga OTOMATIS upaya menghindari kegagalan

Minggu, 09 Juni 2013

Kajian Feminimisme Terhadap Antologi Puisi Angin Kerinduan Karya Ria Ristiana Dewi


Kajian Feminimisme Terhadap Antologi Puisi Angin Kerinduan Karya Ria Ristiana Dewi
Oleh : Eva Juliyanti

Karya sastra terdiri dari dua jenis yaitu prosa dan puisi. Prosa merupakan karangan bebas dan puisi merupakan karangan terikat. Dalam sebuah karya sastra ada suatu penilaian, penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam karya sastra tersebut. Penilaian ini disebut dengan kritik sastra. Kritik sastra berasal dari bahasa Yunani yaitu “Krinien “ yaitu membandingkan, memprtimbangkan dan penghakiman terhadap suatu karya baik bernilai positive maupun negative. Kritik sastra merupakan salah satu cabang studi sastra yang penting dalam kaitannya dengan ilmu sastra dan penciptaan sastra.
Kritik sastra sebenarnya tidak banyak berbeda dengan apresiasi. Apresiasi lebih kepada penghargaan dan penikmat terhadap karya, sedangkan kritik sebagai penikmat, tetapi juga lebih diarahkan penilaian untuk menlihat kelemahan, kelebihan, kekuatan dan artistiknya sebuah karya. Apresiasi menerima karya sastra itu apa adanya, jika tidak suka akan ditinggalkannya, sedangkan krtitik akan tetap mengedepankan karya itu sampai kepada tingkat menghukum apakah karya itu bermutu atau tidak, bernilai atau berkurang.
Dalam kritik sastra ada dua jenis kritikan yaitu kritik umum dan kritik akademik. Kritik umum berarti seorang kritikus menilai sebuah karya sastra tidak menggunakan teori-teori, sedangkan kritik akademik adalah menilai dengan menggunakan pendekatan atau teori-teori. Seorang kritikus hendaknya dalam memberikan kritikan harus berdasarkan teori-teori atau pendekatan. Adapun pendekatan yang dapat digunakan sebagai pisau untuk membedah karya sastra tersebut, yaitu pendekatan antoprologi, pendekatan sosiologi, pendekatan structural, pendekatan stilistika, semiotika, pendekatan feminimisme, pendekatan hermeunetika dan pendekatan psikologi.
Dengan menggunakan pendekatan atau metodologi dalam mengkritik sebuah karya sastra tersebut dapat menentukan mutu, kekurangan dan kelemahannya. Saat ini banyak bermunculan sastrawan dari kalangan perempuan maka dari itu ada pendekatan yang sesuai untuk menelaah atau menilai karya sastra tentang keperempuanan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan feminimisme.
Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi  atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan. Sekarang ini kepustakaan internasional mendefinisikannya sebagai pembedaan terhadap hak hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan perempuan dan laki laki.
Secara leksikal dan etimologi, feminisme berasal dari kata feminist yang berarti pejuang hak-hak kaum wanita, kemudian meluas menjadi feminism, yaitu suatu faham yang memperjuangkan hak-hak kaum wanita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 410) feminisme merupakan gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. Definisi secara leksikal ini telah membawa pemahaman yang keliru di kalangan masyarakat.  Feminisme sebagai gerakan awalnya berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi. Feminisme menjadi usaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Akhirnya mereka sepaham bahwa hakikat perjuangan feminis adalah demi kesamaan, martabat, dan kebebasan mengontrol raga dan kehidupan, baik di dalam maupun di luar rumah.
Kaum feminimisme juga ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki kontribusi yang signfikan dalam meningkatkan ekonomi, selain menyandang sebagai ibu rumah tangga perempuan juga da[at berkarier dan bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi.
TOKOH DALAM FEMINISME
1.      Foucault
Meskipun ia adalah tokoh yang terkenal dalam feminism, namun Foucault tidak pernah membahas tentang perempuan. Hal yang diadopsi oleh feminism dari Fault adalah bahwa ia menjadikan ilmu pengetahuan “dominasi” yang menjadi miliki kelompok-kelompok tertentu dan kemudian “dipaksakan” untuk diterima oleh kelompok-kelompok lain, menjadi ilmu pengetahuan yang ditaklukan. Dan hal tersebut mendukung bagi perkembangan feminism.
2.      Naffine (1997:69)
Kita dipaksa “meng-iya-kan” sesuatu atas adanya kuasa atau power Kuasa bergerak dalam relasi-relasi dan efek kuasa didasarkan bukan oleh orang yang dipaksa meng “iya”kan keinginan orang lain, tapi dirasakan melalui ditentukannya pikiran dan tingkah laku. Dan hal ini mengarah bahwa individu merupakan efek dari kuasa.
3.      Derrida (Derridean)
Mempertajam fokus pada bekerjanya bahasa (semiotika) dimana bahasa membatasi cara berpikir kita dan juga menyediakan cara-cara perubahan. Menekankan bahwa kita selalu berada dalam teks (tidak hanya tulisan di kertas, tapi juga termasuk dialog sehari-hari) yang mengatur pikiran-pikiran kita dan merupakan kendaraan untuk megekspresikan pikiran-pikiran kita tersebut. Selain itu juga penekanan terhdap dilakukanya “dekonstruksi” terhadap kata yang merupakan intervensi ke dalam bekerjanya bahasa dimana setelah melakukan dekonstruksi tersebut kita tidak dapat lagi melihat istilah yang sama dengan cara yang sama.
            Dalam pendekatam feminimisme ada lima citra yang dapat melihat sisi kepermpuanan dalam karya sastra, yaitu pigura, pinggan, pilar, peraduan dan pergaulan. Dalam antologi puisi Angin Kerinduan  dengan puisi berjudul Ibu dan Kartini karya Ria Ristiana Dewi.
            Ria Ristiana Dewi kelahiran di Aceh Utara 07 Maret 1989, meraih jenjang pendidikan di Medan mulai dari SD-Pergurun Tinggi. Alumni UNIMED ini aktivis di Komunitas Penulis Anak Kampus ( KOMPAK ) dan Laboraturium Sastra Medan ( LABSAS). Karya-karyanya sering muncul di surat-surat kabar yang ada di Medan, dan sering memenangkan perlombaan tentang sastra.
Dalam antologi puisi Angin Kerinduan  pengarang menyatakan bahwa angin membawanya kepada rindu terhadap karya-karya sastra pada zaman dahulu, sekarang dan akan datang. Puisi-puisinya pun berkaitan erat dengan perasaan, terutama ketika menspesifikkan puisinya untuk seseorang, misalnya ibu, ayah, ataupun kepada :khair terasa sekali puisinya tersemat pesan mendalam yang dibalut oleh makna pada tiap kata-katanya.
            Ria ini sangat optimis dalam menjalani kehidupannya, ini dapat dilihat dari beberapa puisi yang ia tulis tentang semangat yaitu  Wilayah Juang . Selain itu, jiwa nasionalismenya juga tinggi dapat dilihat dari  beberapa puisi yang ia ciptakan bernuansakan keadaan negri ini yaitu Negaraku Merdeka, Kerikil Negaraku  dan ia menulis tentang para tikus di Negara ini yaitu  Wajah Kedok , Penipu itu/1, Penipu itu/2 dan Penipu itu/3.
Ada beberapa judul puisi yang memberikan kesan pada para pembaca, sehingga sulit melupakan karya Ria Ristiana Dewi, karena karyanya yang luar biasa bercerita fakta, meskipun puisi sederhana, tapi mengandung makna. Hal ini diterima pembaca karena menyatu masuk ke tiap individu yang membacanya. Seolah penulis tahu, karyanya sesuai dengan kenyataan yang pernah dialami pembaca, misalnya halaman 41 puisi yang berjudul Ibu, dan halaman 50 puisi yang berjudul Ibuku dan Kartini dan Salam Kepada Mamak halaman 93.
            Menyuapi senanak sayangmu kutau kaulah raga
Contohku
Ragamu mengandungku Sembilan bulan
( baris ketujuh puisi Ibu)
Puisi ini menggambarkan sesosok wanita kuat dan tegar menghidupi keluarganya walaupun dengan status single perents dan wanita kuat itu telah menuntun, menjadi penerang jalan kehidupan anak-anaknya.
Sebuah selendang hitam mengukur wajah senjamu
Tentu kau masih pelita
Untuk belia sedang menyongsong ini
Kau terangi langkahku menganut senyum
( bait pertama puisi Salamku kepada Mamak)

            Wanita yang sudah tua namun tetap semangat dalam mengayomi pelita hatinya untuk menyongsong dunia yang gelap ini. Usia tidak menjadi masalah bagi perempuan itu untuk berganti peran sebagai seorang Ayah juga seorang Ibu.Ia sebagai penopang dalam keluarganya mencari nafkah juga mendidik anak-anaknya.
Keindahan wanita pengarang meletakkannya pada puisi berjudul  IbuKu dan Kartini “ Wanita-wanita surga dengan keindahan dunia”. Pada kata Wanita-wanita surga, ini menunjukkan bahwa wanitu itu cantik karena berada di tempat yang sangat indah. Wanita yang cantik dalam konteks wanita cantik luar dan dalam. Hanya wanita yang dapat membuat iri para bidadari-bidadari surga, namun wanita yang soleha.
 Sedang kau terus di sana tersenyum
Lewat tembang kamboja
( bait kedua puisi Ibuku dan Kartini)
Pada puisi di atas juga digambarkan seorang wanita yang cantik, wanita yang selalu tersenyum walaupun hatinya menangis. Itulah wanita seberat apapun penak yang menghujam hatinya saat itu, ia tetap menunjukkan senyuman terindahnya kepada siapa saja yang melintas di hadapannya.
Bu, Kartini sedang memintaku meneguk cahaya
Yang Sarat dengan mimpi beraduk dengan cita dan cinta.
( bait pertama puisi Ibuku dan Kartini )
Masih dari puisi Ibuku dan Kartini terdapat pesan bahwa Kartini ingin memerintahkan wanita untuk bangkit meraih cita-cita kita, kita tidak boleh kalah dengan kaum laki-laki yang seakan-akan menyepelehkan kaum laki-laki. Dengan adanya emansipasi wanita dapat menyamakan hak dengan kaum laki-laki karena wanita juga dapat menyumbangkan kontribusi yang besar terhadap perkembangan ekonomi.
Namun, wanita juga tidak boleh melupakan kewajibannya sebagai alat pemuas kaum pria dan pelayan rumah tangga. Wanita tetap melaksanakan kewajibanya sebagai seorang istri unutuk suaminya dan ibu untuk anak-anaknya. Meskipun jabatan perempuan di luar konteks keluarga tinggi dibandikngkan dengan laki-laki sebagai suami maka di dalam rumah tangga wanita harus sebagai pelayan bagi suaminya.
Saat ini kaum wanita sudah mulai dilemahkan, banyak pelecehan-pelecehan seksual, aksi pornoaksi, penganiayaan terhadap ibu rumah tangga dan sebagainya. Ironis memang seorang perempuan diperbudak dan dianiaya seperti ini. Para TKI sudah banyak menjadi korban, bahkan banyak yang meregang nyawa di Negara tetangga. Walupun dewasa ini banyak forum atau lembaga yang melindungi para TKI dan wanita dari penganiayaan dan pelecehan seksual namun, banyak pula korban berjatuhan.
Maka dari itu, dalam puisi ini si pengarang ingin mengajak para wanita untuk membebaskan diri dari kata penganiayaan dan lain sebagainya itu.
Ada yang tak mampu menyusui pun ada pula tubas
Terperas deras
( bait kedua  puisi Ibuku dan Kartini )
            Bait puisi di atas menggambarkan bahwa seorang wanita yang tidak punya anak , namun setelah mendapatkan seorang anak, anak tersebut menjadi boomerang dalam hidupnya. Anak yang sudah diasuh dan dimanja sejak lahir hingga dewasa ketika dewasa tak dapat membalaskan belas kasih seorang ibu.
            Hal ini banyak terjadi saat ini, banyak anak yang tidak mau mendengarkan perkataan orang tuanya terutama ibu. Padahal restu Allah terletak pada restu orang tua juga. Jika kekasih ada mantan namun orang tua tidak ada mantan, sampai kapanpun orang tua tetap lah orang tua kita. Bahkan, kelak yang akan menolong kita di dunia kekal adalah orang tua kita, orang tualah yang bertanggung jawab atas semua perbuatan kita.
            Antologi puisi Angin Kerinduan yang merupakan puisi modern ini menginspirasi kita semua untuk tetap semangat dalam menjalani hidup ini. Si pengarang meletakkan wanita di tempat yang terhormat.

* **
Penulis adalah Mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia UMSU
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar