Belajarlah
berpikir lebih sederhana (yang namanya belajar ya enggak langsung bisa,
tapi kalau enggak mau belajar ya susah bisa). Bahwa kehidupan memang
selalu ada risiko, bahwa setiap risiko tidak bisa terus menerus
dihindari.
Karena
seringkali tanpa sadar kita tengah bunuh diri dengan ruetnya pemikiran
kita sendiri. Semakin banyak ruetnya, semakin sering pula waktu
terbuang, sadar-sadar sudah kembali dihimpit sesal.
Sadarkah
kita, sering kali kita terlalu manja pada perasaan, seakan-akan mereka
ada tujuan paling utama, padahal banyak kewajiban yang masih terlupakan.
Sudah yakinkah yang benar kewajiban sudah dikerjakan dengan matang?
Oh, Tuhan, betapa rasa memang memabukkan, karena sekalinya kita menelan bulat-bulat kita jadi makin ketagihan.
Hanya yang benar-benar bersungguh, yang akan lebih cepat menemukan jalan.
Sudahkah kita benar bersungguh?
Oh,
Tuhan, betapa kita terlalu terlena pada gunung perasaan. Bahwa kita,
tengah dengan senang membiarkan perasaan menjajah harapan-harapan baik
yang masih Engkau sembunyikan di hari depan. Betapa kita tengah menjadi
perugi yang tak lekas sadar diri.
Waktu tidak akan mengajarkan apapun, selain kita yang benar bertekad mau mempelajari alur kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar